Kamis, Maret 22

Psikologi Pendidikan

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7D983hiALPLfRlgSVzyiWJz0EdHpLa1B1gCcgZsjcLju_pN6vr8jcjZGrH8KWtq19TD7LVOHq7wSAVGax1U2lLAT3QBGdMC1WL3JYFUSZDj0lYy6PFO3L_z656jI9uRzVpYOuy5O01IM/s320/Thordike+copy.jpgSejarah Singkat Thorndike
Lahir : 31 Agustus 1874 di Williamsburg, Massachusetts
Meninggal : 10 Agustus 1949 di Montrose, New York

Awal karir Thorndike dibidang psikologi dimulai saat ia tertarik terhadap pada buku William James yang berjudul “Principles of Psychology, dimana ia masih menjadi mahasiswa di Universitas Wesleyan. Oleh sebab itu, ia memutuskan untuk mengambil mata kuliah James di Universitas Harvard. Hubungan Thorndike dengan James sangat dekat, tidak hanya sebatas dosen dengan mahasiswa. Hal ini terbukti dengan beberapa bantuan yang diberikan James terhadap Thorndike, antara lain mengijinkan Thorndike untuk tinggal di basementnya dan melakukan eksperimen di laboratoriumnya.

Setelah ia menyelesaikan kuliah di Universitas Harvard, Thorndike bekerja di “Teacher’s College of Columbia” dibawah pimpinan James Mc.Keen Cattell. Disinilah minatnya yang besar timbul terhadap proses belajar, pendidikan dan inteligensi. Diawal penelitian, Thorndike menggunakan anak ayam sebagai bahan penelitiannya, kemudian diganti dengan kucing, tikus, anjing, ikan, kera dan orang dewasa. Sebenarnya ia juga menggunakan gorilla, tetapi tidak berlangsung lama karena ia tidak punya uang untuk membeli dan merawatnya.

Beberapa buku yang pernah ditulis, antara lain :
  • Animal Intelligence : An Experimental Study of Asociation Process in Animal – 1898 (saat Thorndike berusia 24 tahun)
    Buku ini berisi penelitian Thorndike terhadap tingkah laku beberapa jenis hewan, yang mencerminkan prinsip dasar dari proses belajar yang ia anut yaitu asosiasi
  • Educational Psychology (1903)
    Buku ini merupakan penerapan prinsip transfer of training di bidang pendidikan. Berkat buku ini dan prestasinya yang lain, Thorndike diangkat menjadi guru besar di “Teacher’s College of Columbia”.
  • Animal Intelligence – 1911
    Sebenarnya buku ini merupakan disertasi doktornya (1898) yang dikembangkan bersama dengan penelitian-penelitiannya yang lain.
Thorndike dianggap sebagai pelopor di beberapa bidang, antara lain:
  • learning theory
  • educational practice
  • verbal behavior
  • comparative psychology
  • intelligence testing
  • nature-nurture problem
  • transfer of learning
  • application of quantitatives measures to sociopsychological problems
Produktivitas ilmiah Thorndike sulit untuk dipercaya. Sampai tahun 1947, ia telah menulis sebanyak 507 buku, monographs dan artikel jurnal. Dalam otobiografinya tertulis bahwa ia telah menghabiskan waktu sebanyak 20.000 jam untuk membaca an mempelajari buku ilmiah dan jurnal

Sejauh mana pengaruhi Thorndike in ditunjukkan oleh pendapat Tolman dibawah ini :
The psychology of animal learning – not to mention that of child learning – has been and still is primarily a matter of agreeing or disagreeing with Thorndike, or trying in minor ways to improve upon him. Gestalt psychologists, Conditioned-reflex psychologists, Sign-Gestalt psychologists – all of us here in America seem to have taken Thorndike, overtly or covertly, as our starting point. And we have felt very smart and pleased with ourselves if could show that we have, even in some very minor way, developed new little wrinkles of our own.

Major Theoretical Notion
  1. Connectionism
    Ada mekanisme syaraf yang menghubungkan antara stimulus yang diterima oleh individu dengan respon yang dibuat oleh individu berdasarkan stimulus tersebut.
  2. Selecting and Connecting
    Selecting (memilih) dan conneting (menghubungkan) adalah dasar dari trial and error
    Percobaan :

    Seekor kucing dimasukkan dalam puzzle box. Puzzle box adalah sebuah kurungan dari besi, yang pintunya dapat dibuka dengan jalan menarik rantai (yang ada ditengah kurungan) atau menginjak pedal yang ada di dalamnya. Jika kucing tersebut ingin keluar, maka ia harus melakukan salah satu dari cara di atas..
    Berdasarkan dari percobaan tersebut adalah beberapa kali kucing melakukan tindakan coba-coba yang semuanya bertujuan membuka pintu kurungan.
    Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah :
    semakin banyak trial, semakin sedikit waktu untuk menyelesaikan masalah
  3. Learning is incremental, not insightful
    Learning terjadi dalam langkah-langkah / tahap demi tahap yang sistematis bukan lompatan besar
    Berdasarkan penelitian : bahwa ada perbedaan waktu antara saat masalah belum terpecahkan dengan saat masalah telah terpecahkan. Pada masalah yang belum terpecahkan, grafik menunjukkan gerak yang relatif stabil, tetapi setelah masalah terpecahkan grafik menunjukkan gerak menurun (berarti semakin sedikit waktu yang digunakan untuk berpikir)
  4. Learning is not mediated by ideas
    Learning terjadi secara langsung, tidak diperantarai oleh thinking atau reasoning
    Berdasarkan penelitian :
    The cat does not look over the situation, much less think it over, and then decide what to do. It bursts out at once into the activities which instinct and experience have settled on as suitable reactions to the situation “confinement when hungry with food outside”. It does not ever in the course of its success realize that such an act brings food and therefore decide to do it and thenceforth do it immediately from decision instead of from impulse.
  5. All mammals learn in the same manner
    Pandangan Thorndike (1913) bahwa hukum belajar untuk semua binatang – termasuk manusia adalah sama, seperti yang tertulis di bawah ini :
    These simple, semi-mechanical phenomena ………. Which animal learning disclose, are the fundamentals of human learning also. They are, of course, much complicated in the more advanced states of human learning, such as the acquisition of skill with the violin, or of knowledge of the calculus, or of inventiveness in engineering. But it is impossible to understand the subtler of more planful learning of cultural men without clear ideas of the forces which make learning possible in its first form of directly connecting some gross bodily responses with a situation immediately present to the senses. Moreover, no matter how subtle, complicated and advanced a form of learning one has to explain these simple facts-the selection of connection by use and satisfaction and their elimination by disuse and annoyance, multiple reaction, the mind’s set as a condition, piecemeal activity of a situation, with prepotency of certain elements in determining the response, response by analogy, and shifting of bonds-will as a matter of fact, still be the main, and perhaps the only, facts needed to explain it.

Teori-teori Thorndike
Sebelum 1930
1. Primer
a. The Law of Readiness
The law of readiness tertulis dalam Original Nature of Man – 1913, yang terbagi dalam tiga bagian, dan disingkat sebagai berikut :
1. When a conduction unit is ready to conduct, conduction by it is satisfying
2. For a conduction unit ready to conduct, not to conduct is annoying
3. When a conduction unit is not ready for conduction and is forced to conduct, conduction by it is annoying
(catatan : a conduction unit ready to conduct = kesiapan untuk bertindak atau mengarahkan ke tujuan)

Ketiga bagian dari law of readiness, diubah dalam istilah yang lebih baru, menjadi :
1. When someone is ready to perform some act, to do so is satisfying
2. When someone is ready to perform some act, not to do so is annoying
3. When someone is not ready to perform some act, and is forced to do so it is annoying

Catatan :
A satisfying state of affair = suatu kondisi dimana mahkluk tidak mau menghindarinya, berusaha untuk memperoleh atau mempertahankannya
An annoying state of affair = suatu kondisi dimana mahkluk berusaha untuk menghindari atau mengabaikannya
disebabkan oleh dua hal, yaitu :
o jika perilaku untuk mencapai tujuan terganggu
o jika dipaksa untuk melakukan sesuatu yang tidak diinginkan

b. The Law of Exercise
Teori ini terdari dari dua bagian, yaitu :
1. Connections between a stimulus and a response are strengthened as they are used. In other words, merely exercising the connection between a stimulating situation and a response strengthens the connection between the two. This is the part of the law of exercise called the law of use.

2. The law of disuse
Connections between situation and response are weakened when practice is discontinued or if the neural bond is not used. This is the portion of the law of exercise called the law of diuse.

Catatan :
strengthening = meningkatnya probabilitas respon jika stimulus terjadi lagi
weakening = menurunnya probabilitas respon jika stimulus terjadi lagi

c. The Law of Effect
1. Jika respon diikuti oleh satisfying state of affairs maka akan memperkuat hubungan antara stimulus dan respon
2. Jika respon diikuti oleh annoying state of affairs maka akan memperlemah hubungan antara stimulus dan respon
2. Sekunder
a. Multiple Response (=varied response)
Jika respon pertama tidak dapat menyelesaikan masalah maka individu akan mencoba respon kedua, begitu seterusnya sampai bisa memecahkan masalah

b. Set or Attitude (= disposition; preadjustment)
Kondisi sementara (lapar, lelah, ngantuk, emosi) yang dapat menentukan apakah suatu situasi menyenangkan atau tidak menyenangkan individu
Merupakan rekognisi yang biasanya dibawa oleh pelajar pada situasi belajar
It is a general law of behavior that the responses to any external situation is dependent upon the condition of the man, as well as upon the nature of the situation; and that, if certain conditions in the man are rated as part of the situation, the response to it depends upon the remaining conditions in the man. Consequently, it is a general law of learning that the change made in a man by the action of any agent depends upon the condition of the man when agent is acting. The condition of the man may be considered under the two heads of the more permanent of fixed and the more temporary of shifting, attitudes or “sets”.

c. Prepotency of Elements (the partial or piecemeal activity of a situation)
Lingkungan berisi stimulus yang sangat kompleks. Respon individu terhadap lingkungan tidak diarahkan ke semua stimulus tersebut, tetapi hanya beberapa stimulus (elemen stimulus). Sehingga, lingkungan yang sama bisa menghasilkan respon yang berbeda, tergantung pada stimulus mana yang akan direspon.

d. Response by Analogy
Berbeda dengan prepotency of elements, pada response by analogy, individu berusaha mencari kesamaan antara stimulus yang telah dialami sebelumnya dengan stimulus yang dialami sekarang. Jika ada kesamaan antara kedua stimulus, maka individu cenderung untuk memberikan respon yang sama. Semakin banyak kesamaan, maka semakin mirip respon yang diberikan; semakin banyak perbedaan, maka semakin beda respon yang diberikan.
Teori ini sebagai dasar dari transfer of training, biasanya disebut dengan identical elements theory of transfer of training

e. Associative Shifting
Respon pada suatu stimulus dapat diganti menjadi respon lain, dengan jalan menambah elemen pada stimulus pertama

Thorndike (1913) berkata :
Starting with respon x made to abcde, we may successively drop certain elements and add others, until the response is bound to fghij, to which perhaps it could never otherwise have become connected. Theoretically the formula of progress, from abcde to abfgh to afghi to fghij, might result in attaching any response whatever to any situation whatever, provided only that we arrange affairs so that at every step the response x was more satisfying in its consequences than balking or doing anything else that the person could do.

Tambahan : Terrace (1963) mengaplikasikan associative shifting pada discrimination learning
Dalam percobaan ini, Terrace mengajari burung merpati untuk dapat membedakan warna merah dan warna hijau. Jika burung tersebut dapat memilih warna merah dan bukan warna hijau, maka ia diberi gandum. Kemudian, Terrace melemparkan tongkat warna merah diatas warna hijau secara vertical; dan melemparkan tongkat warna hijau diatas warna merah secara horizontal. Hasilnya : warna merah berubah menjadi vertical, dan warna hijau berubah menjadi horizontal

Setelah 1930
Pada saat berdiri di depan International Congress of Psychology di New Haven – Connecticut bulan September 1929, Thorndike berkata : “I was wrong”. Pengakuan ini merupakan aspek penting dari good scientific practice: Scientists are obliged to change their conclusion if the data require it.
  1. Law of Exercise Discarded
    Pada dasarnya, Thorndike meninggalkan seluruh law of exercise. Alasannya bahwa law of use tidak memperkuat hubungan dan sebalilknya law of disuse tidak memperlemah hubungan
  2. Law of Effect Revised
    Alasan merevisi law of effect adalah hanya sebagian saja dari hokum ini yang benar; dimana respon yang diikuti oleh satisfying state of affair dapat memperkuat hubungan antara stimulus-respon, tetapi respon yang diikuti oleh annoying state of affair tidak mempengaruhi hubungan stimulus-respon
    Revisi Thorndike terhadap hokum adalah :”reinforcement increases the strength of a connection, whereas punishment does nothing to the strength of a connection”.
  3. Belonginess
    Suatu materi pelajaran akan lebih mudah diberikan jika diatur dalam susunan tertentu. Dalam hal ini organisme dapat belajar dengan baik jika ada suatu contiguity dan susunan materi yang bagus. Menurut Thorndike bahwa learning dapat efektif jika ada hubungan yang alami antara kebutuhan organisme dan efek dari respon yang dibuat oleh organisme
  4. Spread of Effect
    Reinforcement tidak hanya memperkuat respon yang dibuat individu, tetapi juga memperkuat respon-respon yang ada disekitar respon tersebut.

Tidak ada komentar: