Kamis, Maret 22

INGOT MA AMANG


DANG TARLUPAHON AU


GEREJA TUA


Psikologi Pendidikan

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7D983hiALPLfRlgSVzyiWJz0EdHpLa1B1gCcgZsjcLju_pN6vr8jcjZGrH8KWtq19TD7LVOHq7wSAVGax1U2lLAT3QBGdMC1WL3JYFUSZDj0lYy6PFO3L_z656jI9uRzVpYOuy5O01IM/s320/Thordike+copy.jpgSejarah Singkat Thorndike
Lahir : 31 Agustus 1874 di Williamsburg, Massachusetts
Meninggal : 10 Agustus 1949 di Montrose, New York

Awal karir Thorndike dibidang psikologi dimulai saat ia tertarik terhadap pada buku William James yang berjudul “Principles of Psychology, dimana ia masih menjadi mahasiswa di Universitas Wesleyan. Oleh sebab itu, ia memutuskan untuk mengambil mata kuliah James di Universitas Harvard. Hubungan Thorndike dengan James sangat dekat, tidak hanya sebatas dosen dengan mahasiswa. Hal ini terbukti dengan beberapa bantuan yang diberikan James terhadap Thorndike, antara lain mengijinkan Thorndike untuk tinggal di basementnya dan melakukan eksperimen di laboratoriumnya.

Setelah ia menyelesaikan kuliah di Universitas Harvard, Thorndike bekerja di “Teacher’s College of Columbia” dibawah pimpinan James Mc.Keen Cattell. Disinilah minatnya yang besar timbul terhadap proses belajar, pendidikan dan inteligensi. Diawal penelitian, Thorndike menggunakan anak ayam sebagai bahan penelitiannya, kemudian diganti dengan kucing, tikus, anjing, ikan, kera dan orang dewasa. Sebenarnya ia juga menggunakan gorilla, tetapi tidak berlangsung lama karena ia tidak punya uang untuk membeli dan merawatnya.

Beberapa buku yang pernah ditulis, antara lain :
  • Animal Intelligence : An Experimental Study of Asociation Process in Animal – 1898 (saat Thorndike berusia 24 tahun)
    Buku ini berisi penelitian Thorndike terhadap tingkah laku beberapa jenis hewan, yang mencerminkan prinsip dasar dari proses belajar yang ia anut yaitu asosiasi
  • Educational Psychology (1903)
    Buku ini merupakan penerapan prinsip transfer of training di bidang pendidikan. Berkat buku ini dan prestasinya yang lain, Thorndike diangkat menjadi guru besar di “Teacher’s College of Columbia”.
  • Animal Intelligence – 1911
    Sebenarnya buku ini merupakan disertasi doktornya (1898) yang dikembangkan bersama dengan penelitian-penelitiannya yang lain.
Thorndike dianggap sebagai pelopor di beberapa bidang, antara lain:
  • learning theory
  • educational practice
  • verbal behavior
  • comparative psychology
  • intelligence testing
  • nature-nurture problem
  • transfer of learning
  • application of quantitatives measures to sociopsychological problems
Produktivitas ilmiah Thorndike sulit untuk dipercaya. Sampai tahun 1947, ia telah menulis sebanyak 507 buku, monographs dan artikel jurnal. Dalam otobiografinya tertulis bahwa ia telah menghabiskan waktu sebanyak 20.000 jam untuk membaca an mempelajari buku ilmiah dan jurnal

Sejauh mana pengaruhi Thorndike in ditunjukkan oleh pendapat Tolman dibawah ini :
The psychology of animal learning – not to mention that of child learning – has been and still is primarily a matter of agreeing or disagreeing with Thorndike, or trying in minor ways to improve upon him. Gestalt psychologists, Conditioned-reflex psychologists, Sign-Gestalt psychologists – all of us here in America seem to have taken Thorndike, overtly or covertly, as our starting point. And we have felt very smart and pleased with ourselves if could show that we have, even in some very minor way, developed new little wrinkles of our own.

Major Theoretical Notion
  1. Connectionism
    Ada mekanisme syaraf yang menghubungkan antara stimulus yang diterima oleh individu dengan respon yang dibuat oleh individu berdasarkan stimulus tersebut.
  2. Selecting and Connecting
    Selecting (memilih) dan conneting (menghubungkan) adalah dasar dari trial and error
    Percobaan :

    Seekor kucing dimasukkan dalam puzzle box. Puzzle box adalah sebuah kurungan dari besi, yang pintunya dapat dibuka dengan jalan menarik rantai (yang ada ditengah kurungan) atau menginjak pedal yang ada di dalamnya. Jika kucing tersebut ingin keluar, maka ia harus melakukan salah satu dari cara di atas..
    Berdasarkan dari percobaan tersebut adalah beberapa kali kucing melakukan tindakan coba-coba yang semuanya bertujuan membuka pintu kurungan.
    Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah :
    semakin banyak trial, semakin sedikit waktu untuk menyelesaikan masalah
  3. Learning is incremental, not insightful
    Learning terjadi dalam langkah-langkah / tahap demi tahap yang sistematis bukan lompatan besar
    Berdasarkan penelitian : bahwa ada perbedaan waktu antara saat masalah belum terpecahkan dengan saat masalah telah terpecahkan. Pada masalah yang belum terpecahkan, grafik menunjukkan gerak yang relatif stabil, tetapi setelah masalah terpecahkan grafik menunjukkan gerak menurun (berarti semakin sedikit waktu yang digunakan untuk berpikir)
  4. Learning is not mediated by ideas
    Learning terjadi secara langsung, tidak diperantarai oleh thinking atau reasoning
    Berdasarkan penelitian :
    The cat does not look over the situation, much less think it over, and then decide what to do. It bursts out at once into the activities which instinct and experience have settled on as suitable reactions to the situation “confinement when hungry with food outside”. It does not ever in the course of its success realize that such an act brings food and therefore decide to do it and thenceforth do it immediately from decision instead of from impulse.
  5. All mammals learn in the same manner
    Pandangan Thorndike (1913) bahwa hukum belajar untuk semua binatang – termasuk manusia adalah sama, seperti yang tertulis di bawah ini :
    These simple, semi-mechanical phenomena ………. Which animal learning disclose, are the fundamentals of human learning also. They are, of course, much complicated in the more advanced states of human learning, such as the acquisition of skill with the violin, or of knowledge of the calculus, or of inventiveness in engineering. But it is impossible to understand the subtler of more planful learning of cultural men without clear ideas of the forces which make learning possible in its first form of directly connecting some gross bodily responses with a situation immediately present to the senses. Moreover, no matter how subtle, complicated and advanced a form of learning one has to explain these simple facts-the selection of connection by use and satisfaction and their elimination by disuse and annoyance, multiple reaction, the mind’s set as a condition, piecemeal activity of a situation, with prepotency of certain elements in determining the response, response by analogy, and shifting of bonds-will as a matter of fact, still be the main, and perhaps the only, facts needed to explain it.

Teori-teori Thorndike
Sebelum 1930
1. Primer
a. The Law of Readiness
The law of readiness tertulis dalam Original Nature of Man – 1913, yang terbagi dalam tiga bagian, dan disingkat sebagai berikut :
1. When a conduction unit is ready to conduct, conduction by it is satisfying
2. For a conduction unit ready to conduct, not to conduct is annoying
3. When a conduction unit is not ready for conduction and is forced to conduct, conduction by it is annoying
(catatan : a conduction unit ready to conduct = kesiapan untuk bertindak atau mengarahkan ke tujuan)

Ketiga bagian dari law of readiness, diubah dalam istilah yang lebih baru, menjadi :
1. When someone is ready to perform some act, to do so is satisfying
2. When someone is ready to perform some act, not to do so is annoying
3. When someone is not ready to perform some act, and is forced to do so it is annoying

Catatan :
A satisfying state of affair = suatu kondisi dimana mahkluk tidak mau menghindarinya, berusaha untuk memperoleh atau mempertahankannya
An annoying state of affair = suatu kondisi dimana mahkluk berusaha untuk menghindari atau mengabaikannya
disebabkan oleh dua hal, yaitu :
o jika perilaku untuk mencapai tujuan terganggu
o jika dipaksa untuk melakukan sesuatu yang tidak diinginkan

b. The Law of Exercise
Teori ini terdari dari dua bagian, yaitu :
1. Connections between a stimulus and a response are strengthened as they are used. In other words, merely exercising the connection between a stimulating situation and a response strengthens the connection between the two. This is the part of the law of exercise called the law of use.

2. The law of disuse
Connections between situation and response are weakened when practice is discontinued or if the neural bond is not used. This is the portion of the law of exercise called the law of diuse.

Catatan :
strengthening = meningkatnya probabilitas respon jika stimulus terjadi lagi
weakening = menurunnya probabilitas respon jika stimulus terjadi lagi

c. The Law of Effect
1. Jika respon diikuti oleh satisfying state of affairs maka akan memperkuat hubungan antara stimulus dan respon
2. Jika respon diikuti oleh annoying state of affairs maka akan memperlemah hubungan antara stimulus dan respon
2. Sekunder
a. Multiple Response (=varied response)
Jika respon pertama tidak dapat menyelesaikan masalah maka individu akan mencoba respon kedua, begitu seterusnya sampai bisa memecahkan masalah

b. Set or Attitude (= disposition; preadjustment)
Kondisi sementara (lapar, lelah, ngantuk, emosi) yang dapat menentukan apakah suatu situasi menyenangkan atau tidak menyenangkan individu
Merupakan rekognisi yang biasanya dibawa oleh pelajar pada situasi belajar
It is a general law of behavior that the responses to any external situation is dependent upon the condition of the man, as well as upon the nature of the situation; and that, if certain conditions in the man are rated as part of the situation, the response to it depends upon the remaining conditions in the man. Consequently, it is a general law of learning that the change made in a man by the action of any agent depends upon the condition of the man when agent is acting. The condition of the man may be considered under the two heads of the more permanent of fixed and the more temporary of shifting, attitudes or “sets”.

c. Prepotency of Elements (the partial or piecemeal activity of a situation)
Lingkungan berisi stimulus yang sangat kompleks. Respon individu terhadap lingkungan tidak diarahkan ke semua stimulus tersebut, tetapi hanya beberapa stimulus (elemen stimulus). Sehingga, lingkungan yang sama bisa menghasilkan respon yang berbeda, tergantung pada stimulus mana yang akan direspon.

d. Response by Analogy
Berbeda dengan prepotency of elements, pada response by analogy, individu berusaha mencari kesamaan antara stimulus yang telah dialami sebelumnya dengan stimulus yang dialami sekarang. Jika ada kesamaan antara kedua stimulus, maka individu cenderung untuk memberikan respon yang sama. Semakin banyak kesamaan, maka semakin mirip respon yang diberikan; semakin banyak perbedaan, maka semakin beda respon yang diberikan.
Teori ini sebagai dasar dari transfer of training, biasanya disebut dengan identical elements theory of transfer of training

e. Associative Shifting
Respon pada suatu stimulus dapat diganti menjadi respon lain, dengan jalan menambah elemen pada stimulus pertama

Thorndike (1913) berkata :
Starting with respon x made to abcde, we may successively drop certain elements and add others, until the response is bound to fghij, to which perhaps it could never otherwise have become connected. Theoretically the formula of progress, from abcde to abfgh to afghi to fghij, might result in attaching any response whatever to any situation whatever, provided only that we arrange affairs so that at every step the response x was more satisfying in its consequences than balking or doing anything else that the person could do.

Tambahan : Terrace (1963) mengaplikasikan associative shifting pada discrimination learning
Dalam percobaan ini, Terrace mengajari burung merpati untuk dapat membedakan warna merah dan warna hijau. Jika burung tersebut dapat memilih warna merah dan bukan warna hijau, maka ia diberi gandum. Kemudian, Terrace melemparkan tongkat warna merah diatas warna hijau secara vertical; dan melemparkan tongkat warna hijau diatas warna merah secara horizontal. Hasilnya : warna merah berubah menjadi vertical, dan warna hijau berubah menjadi horizontal

Setelah 1930
Pada saat berdiri di depan International Congress of Psychology di New Haven – Connecticut bulan September 1929, Thorndike berkata : “I was wrong”. Pengakuan ini merupakan aspek penting dari good scientific practice: Scientists are obliged to change their conclusion if the data require it.
  1. Law of Exercise Discarded
    Pada dasarnya, Thorndike meninggalkan seluruh law of exercise. Alasannya bahwa law of use tidak memperkuat hubungan dan sebalilknya law of disuse tidak memperlemah hubungan
  2. Law of Effect Revised
    Alasan merevisi law of effect adalah hanya sebagian saja dari hokum ini yang benar; dimana respon yang diikuti oleh satisfying state of affair dapat memperkuat hubungan antara stimulus-respon, tetapi respon yang diikuti oleh annoying state of affair tidak mempengaruhi hubungan stimulus-respon
    Revisi Thorndike terhadap hokum adalah :”reinforcement increases the strength of a connection, whereas punishment does nothing to the strength of a connection”.
  3. Belonginess
    Suatu materi pelajaran akan lebih mudah diberikan jika diatur dalam susunan tertentu. Dalam hal ini organisme dapat belajar dengan baik jika ada suatu contiguity dan susunan materi yang bagus. Menurut Thorndike bahwa learning dapat efektif jika ada hubungan yang alami antara kebutuhan organisme dan efek dari respon yang dibuat oleh organisme
  4. Spread of Effect
    Reinforcement tidak hanya memperkuat respon yang dibuat individu, tetapi juga memperkuat respon-respon yang ada disekitar respon tersebut.

Physical Education Sport

 PROGRAM LATIHAN ATLETIK

PROGRAM LATIHAN SPRINT

 
Untuk mencapai prestasi puncak dalam Olahraga harus latihan dari umur muda dan berlangsung 10 – 12 tahun . Dari Pereode yang panjang ini dibagi menjadi 3 tahapan latihan:
  1. Tahap Latihan Dasar
  2. Tahap Menengah ( Pembagunan )
  3. Tahap Lanjut ( Penampilan Puncak )

TAHAP PEMULA

Untuk Memulai Latihan yang sistimatik setip cabang olahraga di mulai dari umur yang berbeda-beda Latihan tahap dasar ini berlangsung selama 2 tahun tahap ini berisi :
  1. Menumbuhkan Rasa senang berolahraga
  2. Mengembangkan kapasitas fisik
  3. Mengajarkan Skil Dasar/Teknik Dasar
  4. Memberikan Pewngalaman bermcam gerak yang berbeda
  5. Menambahakan Kebiasaan yang baik ( Disiplin,berkosentrasi,keberanian ,dll)

TAHAP MENENGAH
Melanjutkan perbaikan kondisi fisik umum, sudah mulai mengarah kepada kondisis fisik khusus ke cabang piihan masing-masing.
Memperbaki kemampuan koordinasi yang benar dari kombinasi bermacam gerak. Mengajarkan ketrampilan gerak yang lebih sulit
  1. Penyempurnaan teknik dasar
  2. Pengetahuan tentang taktik
  3. Latiahan mengikuti kompetisi
  
TAHAP PENAMPILAN PUNCAK
 Tujuan pokok pada tahap ini untuk mencapai penapilanan prestasi yang setinggi mungkin dan mempertahankan tingkat yang tingi selam mungkain.Tahap ini berisi bentuk latihan yang mengarah pada :
  1. Kelanjutan penguasaan ketrampilan
  2. Menjaga kestabilan prestasi dalam kondisi pertandingan yang berbeda-beda
  3. Pengembangan Gaya/kekhususan perorangan
  4. Peningkatan kondisis fisik yang paling tinggi
  5. Memberikan Pengalaman betanding yang beragam
  6. Keluwesan taktik dan kebebasan dalam menghadapi situasi pertandingan yang beragam.

SUSUNAN SATU SESI LATIHAN
  • Pembukaan ( Pengantar) 5 ‘
  • Pemanasan ( Warming up ) 20 ‘ – 30 ‘
  • Bagian Utama ( Inti ) 60′ – 90 ‘
  • Penutup (warming dwon ) 15 ‘
  
A. Pembukaan berisi :
Penyampaian tujuan latihan saat itu dan harapam mengenai sikap yang ingin dicapai
Penjelasan materi l;atihan untuk mencampa tujuan-tujuan tersebut
Meberikan motifsi gar melaksanakan latihan denganm semangat yang tinggi

B. WARMING UP BERISI
 Pada dasarnya bagian ini bertujuan menyiapkan organism atlit agar secara fisiologis dan psikologis siap menerima beban latihan pada bagian inti nanti .secara garis besar dapat berisi sebagai berikut :
  1. Mempelncar sirkulasi darah,melebarkan kapiler/mempelancar pergantian udara diparu-paru
  2. Penguluran dan mempertinggi kontraksi optot
  3. Melemaskan persendiaan-persendian
  
Beberapa pedoman dalam Warming Up
Sasaran Warming dari yang umum ke yang khusus
  1. Dapat dilakuakan dalam bentuk Streching statis dan balistik,dalam bentuk permainan kecil, sebaiknya dimulai dengan jogging-ringan untuk lebih mempercepat meangasang kerja jantung dan paru-paru.
  2. Gerakan dimulai dari intensitas ringan /sedang menujua kaearah yang beratataudari gerakan yang sederhana ke gerakan yang lebih komplek.
  3. Latihan senam ( Calesthenik ) dalam warming Up harus dipilih secara tepat dan menyeluruh latihan yang berkisar antara 8 -12 macam dengan 16 kali ulangan
  4. Warimg up tidak boleh membuat kaku dan dan tidak boleh melelahakn
  5. Warming up untuk pertandingan mengandung unsur-unsur yang lebih lengkap dan lebih lama ( 30 – 40′) secara optimal siap bertanding
  6. Pemansan dengan mengunakan yang sesuai dengan cabang olahraga, dilakukan setelah pemansaan umum.

BAGIAN UTAMA ( INTI )

Latihan inti dapat berisi dengan berbagai prinsip ;
Dapat 1- 3 macam sasaran,sasaran dapat berupa kulatisa fisik,teknik,taktik atau kombinasi dari ketiganya Latihan teknik dan taknik atau kombinasi dari kedua unsure tsb, ataupun kombinasi dari ketiganya
  1. Latihan teknik dan taktik hendaknya diletakan pada bagian awal latihan inti jangan ada latihanynyang melelahakan sebelumnya.kalau latihan teknik dan teknik yang sangant komplek harus disderhanakan.
  2. Latihan teknik dan teknik dengan repetisi tinggi dan intenstas tinggi baru boleh diberikan apabila bentyuk gerakan tekniknya sudah dikuasai dengan baik/betul.
  3. Kalau Latihan berupa unsur kondisi fisik kecepatan harus diletakan pada bagian awaljuga,dimana dfisik masih dalam keadaan segar ( tidak boleh dalam kelelahan )
  4. Kalau kecepatan digabungkan dengan power juga kecepatan harus didahulukan
  5. Kalau kekuatan di kombinasikan dengan daya tahan,maka daya tahan diletakan pada bagian akhir inti.
  6. Jangan menggabungkan latihan kecepatan dengan daya tahan aerobic dalam satu seseion.

BAGIAN AKHIR (WARMINGDWON)

Bagian akhir dari suatu latihan disebut juga sebagai penenangan Latihan inti atau disebut juga dengan relaksasi, dapat berisi dengan berbagai prinsip
Latihan jangan berhenti dengan tiba-tiba,( karena dapat menimbulkan stres, baik stress fisik maupun phiskis ) maka pelu ada penurunana perlahan-lahan-lahan sampai kembali keadan normal.
Mengakiri suatu latihan dengan bermcam-macam seperti cara ; joggingringan,senam relaksasi bentk permainan kecil,strecing ringan mengaur irama pernafaasan ( inpirasi dan ekspirasi yang dalam )
Bagian paling akhir sekali dapat berisi dangan ewaluasi beupa ceramah,diskusi atau koreksi-kareksi pelaksanan latihan yang baru saja dilakukan
Secara psikologis latihan ditutup dengan kesan yang menyenangkan agar dapat menjaga dan meningkatkan motivasi untuk menhgadapi latihan beikutnya

PROGRAM LATIHAN SPRINT

 A. LATIHAN TEKNIK DAN BENTUK LATIHAN
 B. TAHAP LATIHAN
 C. PROGRAM LATIHAN

LATIHAHAN TEKNIK DAN BENTUK LATIHAN
  •  Unsur Latihan Sprint
  • Teknik Start
  • Teknik Sprint
  • Teknik Finis
  • Latihan teknik Start yang perlu diperhatikan
  • Tahap bersdia
  • Tahap siap
  • Tahap dorongan
  • Tahap Akselarsi

Bentuk latihan ;

  1. Latihan start dari posisi duduk,berdiri, .latihan dorogan
  2. Latihan star dan akselaris dngan jarak 10 sampai 30 meter
  3. Latihan khusus gerakan tungkai,
  4. Latihan dengan wariasai tahap star, besedia, siap yaa.
  5. Dengan kecepaant gerak dan reaksi.
  6. Latihan kekuatan dengan beban untuk otot otot ektensor dengan beban 3 set, 3 repetisi, dengan beban 90 % dari maksimal
  7. Kekuatan Kecepatan dengan ; bebagai latihan denganm otot pendukung utam start9 tungkai ) sperti: Leg pes squat kaki. Satu kaki spli. Dengan dosis (60 -80 %) dengan 3 set, 6 repetisi beban 80 
  8. Latihan eknik /koordinasi

Teknik Sprint
  1. Gerakan Keseluruhan. Ayuinan tangan, sikap badan.
  2. Tahap menumpu dan mendorong
  3. Tahap melayang pada saat lari

Bentuk Latihan :
 Teknik koordinasi dengan cara latihan :

Sprint dril dengan cara tendang pantat. Angkat lutut, dan pelurusan
Sprint diril kombinasi sprin dengan jarak berfariasi

Latihan Kecepatan Gerak

Meningkat efisensi gerakan langkah dan panjang langkah
Lari system dari cepat kemudian lambat
 Lari dari lambat kemudian sprint
Lari dari medan turun
 Latihan Akselarsi
 Strat dari berbagai posisi siap dan ya dengan jarak yang berbeda
 Lai dengan peletakan tanda bilah pada lintasan

Latihan Kecepatan Maksimal

Latihan dengan strat melayang jarak 30 meter dengan 3 set 3 repetisi
Lari dari medan yang turun
Latihan Daya tahan Kecepatan
Lari dengan jarak cukup jauh 100 -600 meter
Latihan dengan Ins and out. Sprint 20 m. rilek 20 meter. 3 repetisi

Latihan Kekuaan maksimal
 Latihan untuk kekuatan otot ektensor(Lompat baku 3 x 3 x 90 % dari maksimal
Latihan sirkuit training dengan beban yang rengan
 Latihan daya tahan ,kekuatan kecepatan
Lari denan beban / lari kijang 100 m
 Lari di medan naik

Kekuatan ,kecepatan power
 Bebagai latihan denga beban, sperti leg pres, step up dengan beban 60 – 80 % dengan 3 seet 3 repetisi x 80 % beban mak
Lari tahan dengan jarak jauh
Lari mulipel jump, Lari lompat/Lari kijang
Lari tahanan dengan beban

Teknik Finis
 Teknik memasuk garis finis dapat dengan menyodorkan badan, membusungkan dada,.
Yang perlu diperhatikan dalam latihan adalah :
Kekuatan maksimal
Kecepatan :Kecepatan Reaksi,Kecepatan gerak,Kecepatan Akselarasi/percepatan
Daya Tahan Aerobik dan Anareobik
Koordinasi
Kelentukan

Mental.
 Latihan . Peningakatan sistimatis tekanan psikologis
 Pertandingan: Meningkatan kemamupan kosentarasi,raliksasi dan kemampuan mempersiapkan diri untuk mencapi kenerja optmal.



(CIRCUIT TRAINING)
 Circuit training adalah suatu sisrtim latiham yang dapat memperbauiki secara serempak fitness keseluruhan dari tubuh,yitu unsure power,daya tahan,kekuatan,kelincahan,kecepatan, dan lain-lain.

PROGRAM LATIHAN SIRKUIT
 Program latihan sirkuit harus direncankan sedemikian rupa sehinga latihan yangdimaksudkan mengenai sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai sesuai cabang olahraga yang dimaksud. Program l;atihan yang dikemukan oleh E.l.Fok dilakukan dengan 6 – 15 Stasiun tempat latihan.Satu latihan dlam satu stasiun diselesaikan dalam dalam 30 detik.Satu serkuit diselesaikan antra 5 – 20 menit,dengan waktu istirahat tiap stasiun adalah 15 – 20 detik.Tentang jumlah frekwensi 3 x perminggu dengan lama latihan sekurang-kurang nya 6 minggu.

PROGRAM LATIHAN SIRKUIT

UNTUK CABANG ATLETIK LOMPAT JAUH.
 A. Lama Latihan : 6 Minggu
 B. Frekwensi : 3 x Perminggu
 C. Sirkuit : 2( Sirkuit A. Dan B) masing 6 Stasiun/Pos
 D. Waktu tiap sirkuit : Sirkuit 30 Menit
 E. Jumlah Waktu :Sirkuit A danc 22,5Menit sirkuit B 30 Menit
 F. Beban : 75 – 90 % dari beban maksimal
 G. Repetisi : Sebanyak-banyaknya dalam 30 detik untuk sirkuit A , dan B: 12 – 15 kali dalam 30 detik
 H. Istirahat : 15 detik antara stasiun 1 dengan berikutnya.
 I) SIRKUIT .A
 a) POS 1 ; Walbar Hang
 b)POS 2 : Perengamang Punggung/ Angkat Bola medicine
 c)POS 3 :Medicine Ball Pick up/ Menggkat bola dengan kaki ayun ke atas
 d)POS 4 :Sit up dengan bola medicine
 e) POS 5 :Latihan angkat tumit dengan duduk
 f)POS 6 : Latihan Split Clean (Angkat barbell selebar bahu bersamaan kaki lompat )

II) SERKUIT B .
 a) POS 1 ; Latihan Lompat lompat dengan barbel
 b) POS 2 : Latihan Clean and jerk
 c) POS 3 : Latihan Lompat berbeban
 d) POS 4 : Latihan Step ups membawa berbel
 e) POS 5 : Latihan Lompat Jongkok
 f) POS 6 : Latihan jonkok kankang ( Jongkok diatas dua bangku mengakat beban) SIRKUIT A SIRKUIT B







PA POS ROHA NI AMANG DOHOT DAINANG



BERJUANG UNTUK MENCARI JATI DIRI